
07 Juli 2010
Salatiga Dan Buku Babat Keraton

Kota Salatiga yang secara geografis berada di tengah-tengah kawasan segitiga kota besar dengan sebutan "Joglo Semar" (Yogyakarta, Solo dan Semarang)
menjadi anggota jaringan Kota Pusaka di Indonesia. Kota Yang secara
administratif berada di Propinsi Jawa Tengah ini memiliki berbagai
peninggalan bangunan-bangunan bersejarah, seperti gedung Kantor
Walikota, Rumah Dinas Walikota, gedung Detasemen Perhubungan Korem 073
Makutarama, Gedung Satlantas Polres Salatiga, dan masih banyak lagi
gedung peninggalan bersejarah lainnya.
Jika
kita melihat kondisi peninggalan bangunan-bangunan sejarah yang ada,
Salatiga jelas memiliki potensi yang strategis dalam hal perjuangan pada
jaman penjajahan.Salatiga sangatlah erat hubungannya dengan Keraton
Kartasura, sehingga Salatiga juga memiliki peranan penting dalam hal
perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam tulisan tersebut dijelaskan
bahwa benteng Salatiga diduduki oleh Pasukan Kartasura, dibawah pimpinan
Patih Pringgalaya. Namun tidak beberapa lama pasukan dimaksud di tarik
ke Kartasura untuk membendung bala tentara Kompeni yang mengancam
Keraton Kartasura. Sebagai gantinya Salatiga di pertahankan oleh satu
detasemen Laskar Cina yang didatangkan dari Semarang.
Pernah
juga Patih Notokusumo, seseorang yang lebih senior dari Pringgalaya,
secara diam-diam dia memerintahkan semua pengikutnya untuk bergabung
dengan pasukan Tionghoa dan pemberontak lainnya untuk menyerang kompeni
di Semarang. Karena serangan terhadap kompeni yang di Semarang
mengalami kegagalan, Pasukan pemberontak mundur dan Patih Notokusumo di
tangkap Belanda. Sebagian besar pasukan yang mundur bertahan didaerah
Salatiga dengan pertahanan Kali Tuntang. Berbagai kekuatan pemberontak,
seperti pasukan Pringgalaya berada di Kalicacing, Pasukan Kyai Mas
Yudonegoro, seorang ulama dari Semarang berada di bagian timur dan pasukan Cina di sekitar Kali Tuntang.
Ada
juga RM.Garendi yang diangkat sebagai raja Mataram pada tanggal 6 April
1742, mereka bersama-sama berikrar akan melawan kompeni sampai ajal
tiba. Sasaran mereka merebut benteng kompeni di Kartasura. Namun yang
harus dijalani pertempuran pertamanya adalah di Salatiga, mereka harus
berhadapan dengan Pringgalaya di Kalicacing yang saat itu memihak VOC.
Setelah Salatiga jatuh ketangan RM.Garendi, dengan mudah mereka merebut benteng kompeni di Kartasura dibawah Van Hohendorf.
Pada tanggal 19 Juni 1742 serangan besar-besaran juga akan dilancarkan ke kota Salatiga. Namun sebelum sampai tujuan, mereka ketakutan dan kembali ke Semarang, karena Kompeni melihat konsentrasi kekuatan pasukan Kyai Mas Yudonegoro.
Pasukan
gabungan dari RM.Garendi atau Sunan Kuning terus melakukan perlawanan
pada kompeni di seluruh wilayah Jawa Tengah. RM.Said bersama laskar Cina
yang berkekuatan 800 orang bertempur melawan pasukan kompeni dibawah
Kapten Mom di Welahan pada tanggal 24 Agustus 1742, namun karena
kekuatan persenjataan yang tak seimbang terpaksa mundur. Sebagian
diantaranya membuat pertahanan di Salatiga dan memasang barikade di Kali
Tuntang hingga pasukan kompeni dibawah Hohendorf gagal menembus
barikade ini.
Artikel
yang bersumber dari buku Babad Keraton dalam bentuk tembang dengan
huruf Jawa yang aslinya disimpan di British Library London dan telah
disalin dalam huruf Latin oleh Drs. I.W. Pantja Sunyata, Drs. Ignatius
Supriyanto dan Prof. Dr. J.J. Ras ini benar-benar menunjukkan bahwa
Salatiga mempunyai peran penting dalam perjuangan bangsa Indonesa
melawan penjajah. Dengan demikian peninggalan-peninggalan bersejarah itu
perlu dilestarikan, karena selain berharga bagi warga Salatiga, juga
berharga bagi bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar